• Jelajahi

    Copyright © 2019- Garut Selatan Net
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan Header

    Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Solusi Masalah Pendidikan di NTT

    Garsel Net
    Editor: Garutselatan.info Kamis, 02 Maret 2023, 19:15 WIB Last Updated 2023-03-02T12:15:15Z
    Baca Juga

    Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Solusi Masalah Pendidikan di NTT - Kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) menuai kontroversi. Banyak yang mengkritisi kebijakan tersebut.

    Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Solusi Masalah Pendidikan di NTT
    Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Solusi Masalah Pendidikan di NTT 

    Salah satu kritik datang dari Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema. Dia menilai, kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi bukan solusi masalah pendidikan di timur Indonesia itu.

    Doni menyebut, ada tiga masalah pendidikan di NTT. Pertama, sarana prasarana pendidikan terbatas. Kedua, akses pendidikan yang terbatas. Ketiga, kualitas guru terbilang cukup rendah.

    Menurut Doni, tiga masalah pendidikan ini hanya bisa diselesaikan dengan sejumlah cara. Yakni, pemerintah harus mengevaluasi dan membuka akses pendidikan pada semua anak NTT tanpa kecuali.

    "Artinya dibangun sekolah yang baik dengan fasilitas minimal standar," jelasnya.

    Selain itu, para guru perlu dilatih dan diperkuat kompetensinya dalam mengajar. Kemudian, perlu ada pelibatan publik dan kemitraan yang baik dengan masyarakat dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan di sebuah sekolah.

    "Jadi intervensi kolaboratif adalah sekolah per sekolah sesuai asesmen persoalan yang mereka hadapi," tegas Doni.

    Jam Masuk Sekolah Ideal

    Doni mengatakan, penerapan kebijakan jam masuk sekolah harus merujuk pada riset. Berdasarkan riset, kerja otak manusia mulai panas dan aktif di antara pukul 7 hingga 8 pagi.

    "Jadi memulai pembelajaran jam 7 atau 8 akan sangat membantu. Sebelum pelajaran bisa diadakan olah raga agar tubuh siap menerima pelajaran," jelas dia.

    Doni mengungkapkan, pembuatan kebijakan publik idealnya merujuk pada tiga hal. Pertama, berpedoman pada kajian akademik yang mendalam.

    Kedua, proses pembuatan kebijakan melibatkan partisipasi publik. Terakhir, bila terkait dengan sebuah terobosan baru, perlu uji coba terbatas yang dipersiapkan dengan baik sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi.

    "Lebih dari itu, apa yang menjadi tujuan kebijakan ini? Apakah masalah karakter anak, atau terkait dengan kegagalan Pemda menciptakan pendidikan berkualitas?" tutup Doni.

    "Kami ingin menata wajah baru pendidikan di NTT melalui program ini, yakni dengan kedisiplinan, habitat belajar baru serta program baru," ungkap Linus Lusi.

    Program ini diyakini merupakan langkah inovasi dalam percepatan pembaharuan pendidikan dengan target pembinaan watak, karakter serta penanaman nilai-nilai akademik serta sosial tumbuh dan berkembang pada ekosistem persekolahan di pagi hari.

    Dia menegaskan, keputusan ini diambil atas berbagai pertimbangan yakni, kedisiplinan, mutu pendidikan akademik maupun nonakademik, serta pertimbangan dari aspek astronomi (dalam pertimbangan guru geografi).

    "Saya kira siswa-siswi dalam masanya dengan aspek psikologi, mereka senang, serta pada masa pertumbuhan mereka dilatih untuk bangun pagi dan belajar sehingga peroleh banyak aktivitas di sekolah untuk bangun jiwa korsa yang tangguh dalam aspek pendidikan dan menumbuhkan sebuah mutu budaya pendidikan baru," jelasnya.



    Ikuti Saluran WhatsApp Kami Garutselatan.info Lainnya di Google News

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini