Apasoh fenomena El Nino Itu? - Biasanya Indonesia mengalami musim kemarau pada bulan April sampai bulan Oktober. Namun, waktu itu tidak pasti dan bisa bergeser. Salah satu faktor yang bisa mengubah waktu musim kemarau adalah El Nino. El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti anak Tuhan.
Awalnya terminologi ini digunakan oleh nelayan di Pantai Ekuador untuk menunjukkan adanya arus panas yang muncul saat natal hingga beberapa bulan berikutnya. Pada masa tersebut, jumlah ikan menurun akibat arus panas. Nelayan biasanya memanfaatkan masa itu untuk istirahat melaut dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Dari penjelasan di atas, maka El Nino bisa diartikan sebagai fenomena naiknya suhu permukaan laut Samudra Pasifik di atas normal. El Nino memberi dampak tidak hanya kepada Indonesia, namun juga ke kawasan Amerika Latin, seperti Peru.
Proses terjadinya El Nino Terjadinya El Nino disebabkan oleh meningkatnya suhu di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Hal ini akan memuat suhu udara dan kelembaban udara di atasnya akan meningkat. Pada kawasan tersebut, yang akan terjadi adalah menjadi lebih sering turun hujan. El Nino menyebabkan musim kemarau dan berkurangnya curah hujan di Indonesia. Namun, di Amerika Latin, El Nino justru menyebabkan naiknya curah hujan di wilayah tersebut.
Beberapa tahun terakhir, arus panas itu terjadi di bulan Mei. Bagaimana El Nino mempengaruhi hujan di Indonesia Walaupun El Nino terjadi di bagian tengah hingga timur Samudra Pasifik, terdapat Sirkulasi Walker yang berputar sejajar dengan garis khatulistiwa. Di Indonesia, Sirkulasi Walker berbentuk konvergen atau naik pada saat netral. Hal ini menyebabkan pembentukan awan ke langit.
Namun, jika terjadi El Nino, Sirkulasi Walker melemah sehingga sirkulasi di Indonesia akan berbentuk sibsiden atau turun. Melemahnya sirkulasi ini akan berdampak pembentukan awan hujan berkurang dan memicu Indonesia memasuki musim kemarau.
Sebaliknya, pada saat Sirkulasi Walker melemah, pembentukan awan akan terpusat di perairan Pasifik dan menyebabkan curah hujan yang tinggi di sana. Mengidentifikasi El Nino Untuk mampu memprediksi musim kemarau di Indonesia, maka perlu dilakukan identifikasi kejadian El Nino di Samudra pasifik. El Nino diindikasikan dengan terdapatnya perbdaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin yang disebut dengan Osilasi Selatan.
Osilasi Selatan menunjukkan perbedaan tinggi tekanan udara di Indonesia atau Pasifik Ekuator Barat dengan Pasifik Ekuator Timur, serta kuat atau lemahnya Sirkulasi Walker. Nilai perbedaan tekanan yang terjadi disebut dengan Indeks Osilasi atau Southern Oscillation Index (SOI). Jika nilainya negatif, artinya tekanan atmosfer Tahiti lebih rendah daripada tekanan atmosfer Darwin.
Kondisi dapat dikatakan El Nino jika nilai SOI-nya positif. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika mengklasifikasikan intensitas El Nino menjadi tiga kategori, yaitu El Nino lemah, moderat, dan kuat. El Nino rendah memiliki nilai SOI 0,5-1,0, El Nino moderat memiliki indeks SOI 1,0-2,0, dan El Nino kuat jika indeks SOI lebih dari 2,0. Penentuan intensitas El Nino bukanlah pengukuran sesaat. El Nino bisa ditentukan jika indeks SOI terpantau terjadi selama minimal tiga bulan berturut-turut.
Ikuti Saluran WhatsApp Kami Garutselatan.info Lainnya di Google News