Cara dan apa itu seorang guru profesional - komitmen untuk membangun pendidikan sebagai dasar bangsa untuk maju dan berkembang yang dinyatakan dengan kuat dalam pembukaan konstitusi Republik Indonesia 1945.
Untuk tujuan 'mendidik kehidupan bangsa', pengembangan pendidikan harus dilakukan pada berbagai komponen utama pendidikan, yaitu fasilitas dan infrastruktur pendidikan, kurikulum yang mampu menanggapi zaman, keterlibatan masyarakat, dan tentu saja Sumber daya pendidikan yang berkualitas.
Pengembangan sumber daya pendidikan yang berkualitas, penting untuk digarisbawahi, menimbang para guru adalah garis depan yang berinteraksi langsung dengan siswa di kelas. Mereka adalah orang pertama yang membuat siswa memahami dan memahami mata pelajaran yang diajarkan. Selain itu, guru juga merupakan aktor penting untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa yang terkait dengan etika, kemampuan untuk bertahan hidup dalam kehidupan, moral, empati, kreasi, dan sebagainya.
Sementara itu, ada masalah yang berkaitan dengan kualitas guru di Indonesia. Kualitas rendah guru di Indonesia, misalnya, dapat dilihat dari nilai rata -rata nasional tes kandidat guru PNS di sekolah SD, SLTP, SLTA, dan kejuruan. Pada tahun 1998/1999, di bidang studi matematika, jumlah yang dicapai hanya 27,67% dari interval 0-100. Artinya, guru hanya mengendalikan 27,67% dari materi yang seharusnya. Hal yang sama terjadi di bidang studi lain, seperti fisika (27,35%), biologi (44,96%), kimia (43,55%), dan bahasa Inggris (37,57%).
Nilai -nilai ini sangat jauh dari batas ideal, yang minimal 75% sehingga seorang guru dapat menguasai mata pelajaran dengan baik. Hasil lain yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa penelitian dari Konsorsium Pendidikan (2000) menunjukkan bahwa 40% guru sekolah menengah pertama dan 33% guru sekolah menengah mengajar di bidang studi di luar bidang keahlian mereka. Jumlah ini memprovokasi pertanyaan terkait dengan profesionalisme guru.
Bagaimana guru dapat dikatakan profesional jika tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan masih rendah, dan masih ada banyak guru yang mengajar di luar bidang ilmiah mereka? Masalah profesionalisme guru memiliki dampak pada rendahnya kualitas pendidikan di setiap tingkat dan unit pendidikan, terutama jika dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara -negara maju.
Hasil survei yang dilakukan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) pada peringkat indeks pembangunan manusia menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan negara -negara tetangga, posisi Indonesia jauh di belakang. Di antara 174 negara yang disurvei, peringkat Indonesia dari tahun ke tahun selalu berada di zona bawah (Fathurrohman dan Suryana: 2012).
Karakteristik Guru Profesional Ada berbagai komponen yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk dikatakan sebagai guru profesional, yaitu kasih sayang, penguasaan sains, presentasi materi pembelajaran, hubungan guru dengan siswa, dan hubungan guru dengan orang dewasa (Fathurrohman dan Suryana: 2012). Guru profesional harus memiliki komponen kasih sayang yang mencakup karakter yang baik sebagai sikap utama yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.
Guru yang memiliki kasih sayang yang baik akan dilihat sebagai sosok yang sempurna dalam berperilaku dan menjadi Uswatun Hasanah bagi murid -muridnya. Ini ditunjukkan dalam beberapa karakteristik, yaitu kesabaran, bijak, tangguh, rendah hati, setia, dan mulia. Komponen kasih sayang guru dapat dibentuk melalui berbagai aturan atau budaya keduanya berjalan di sekolah. Komponen penguasaan sains mencakup pengalaman pendidikan formal sesuai dengan bidang yang diajarkan sehingga guru menguasai dan mampu mengembangkan berbagai pengetahuan di bidang itu.
Ikatan hubungan
Selain penggunaan metode, dalam komponen menyajikan pengetahuan guru juga harus dapat menanamkan pemikiran ilmiah dan kemampuan untuk bertindak sebagai promotor, fasilitator, korektor, konsultan, dan manajer dalam mengelola proses pembelajaran siswa.
Ikuti Saluran WhatsApp Kami Garutselatan.info Lainnya di Google News